Peran Guru Inovatif dalam Meningkatkan Mutu Kualitas Pengajaran Guru dan Pendidikan Indonesia
Sebut saja keluhan siswa yang tidak punya kuota.
Ada juga siswa yang harus bergantian handphone dengan kakak atau orangtua,
hingga siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Ada juga siswa yang tidak punya
handphone sehingga sulit mengikuti PJJ. Kalau saya sendiri harus bergantian Mengajar PJJ dan mengawasi anak sendiri melakukan PJJ.
Kendala lainnya terkait jaringan internet.
Mempertemukan guru dan murid dalam belajar secara online tentu saja membutuhkan
koneksi internet. Jaringan internet yang tidak stabil akan menghambat kemampuan
performa siswa dalam menyelesaikan tugas.
Kondisi yang sama juga pastinya dialami guru sehingga membuat penilaian tugas jadi agak lama. Buruknya jaringan internet juga menyebabkan percakapan terputus hingga tatap muka secara virtual yang mengubah tatap muka menjadi tatap layar. (Di kota saja begini, bagaimana di daerah lain yang fasilitas dan infrastrukturnya kurang memadai?). Kondisi ini juga dialami oleh saya sebagai guru dan orang yang punya anak.
Untuk persoalan ini, pihak sekolah sudah melakukan
pemetaan. Kelompok A untuk keluarga yang masing-masing anaknya memilili hp
sendiri dengan fasilitas internet. Kelompok B untuk siswa yang harus bergantian
handphone dengan adik atau kakaknya atau orangtuanya. Kelompok C yang tidak
punya sama sekali handphone, tapi ini jumlahnya sangat sedikit. Dari pemetaan
ini pihak sekolah bisa menentukan skenario pembelajaran yang tepat.
Dengan belajar di rumah, tentunya fungsi pengawasan
dari guru berkurang. Beberapa anak mungkin kerap mencuri waktu melakukan
kegiatan yang lain, sehingga tidak fokus mengerjakan tugas. Jadi peran orangtua
sangat penting untuk mendampingi dan mengawasi anaknya belajar. (Bagaimana
dengan yang orangtuanya bekerja, siapa yang mengawasi ya?). dengan kondisi ini juga saya harus bisa membagi waktu antara PJJ dan Mengawasi anak sendiri. dan melakukan home visit
Wali murid mengakui memberikan materi belajar
secara online lebih sulit daripada tatap muka di kelas. Guru merasa kesulitan
mengajak para siswanya untuk aktif, komunikatif bahkan di ruang diskusi yang
sengaja diadakan. Sementara bagi siswa, kendala belajar melalui online
membutuhkan daya tangkap yang cepat.
Baginya, pendidikan bukan hanya sekedar
menyampaikan materi saja. Guru harus mengerti kondisi seluruh siswanya.
Artinya, seorang guru mempunyai beban moril, apakah materi yang disampaikan
benar-benar tersampaikan pada siswa atau tidak.
Persoalan lainnya terkait terbatasnya memori handphone/laptop/komputer. Mengirimkan tugas yang difoto atau video melalui perangkat gadget jelas akan membuat memori penuh. Dalam satu hari saja ada 3 mata pelajaran. Bisa dibayangkan jika setiap hari tugas dikirim. Tak jarang "keluhan" datang dari hp/laptop yang hank. Belum lagi saat memeriksa tugas para siswa dari handphone yang bisa menguras energi, pikiran, dan waktu..
Keberhasilan pembelajaran jarak jauh memang tidak
lepas dari peran orangtua, guru, sekolah, dan murid. Karenanya, semua pihak
harus bisa saling bersinergi demi kebaikan bersama.
Bagi saya, era new normal menjadi kesempatan saya sebagai orangtua untuk mengenal segala potensi anak. Sebisa mungkin tetap fokus pada pemenuhan hak anak dan membentuk karakter positif pada anak menjadi anak yang lebih disiplin dan bertanggungjawab. Tanpa harus meninggalkan Tugas sebagai pengajar.ini hanya sebuah ceritera kecil ku. ditenga tengah mengajar PJJ.
materi dari Kompasiana
Terimakasih
@Guruinovatif.id #Hafecs #Guruinovatif #GuruBelajarBersamaGuruInovatif #GuruBelajarBersamaHafecs
bravo GuruInovatif